Among-among, Tradisi Penuh Makna yang Makin Terdegradasi
Among-among di dk. Kesambi, ds. Karangsari, Minggu (3/11/2013). (Foto: Rachmat) |
Seiring perkembangan jaman, tradisi (cara tradisional) sebagai wujud rasa syukur pun kian jarang ditemui. Salah satu yang makin terdegradasi eksistensinya adalah "Among-among".
Among-among sebagai bentuk syukur orang tua bagi balitanya saat bertepatan dengan weton kelahiran bayinya. Dengan hidangan sederhanya berupa nasi putih, sayur, kluban, tempe goreng, remasan krupuk, dan telur rebus yang dipotong kecil-kecil menyatu di atas tampah dengan dasar daun pisang. Di bawah tampah, terdapat baskom berisi air dan daun tawa.
Sederhana memang, namun begitu nikmat rasanya. Ditambah meriahnya suasana saat anak-anak berkumpul mengelilingi tampahnya, berdoa lalu kemudian makan bersama. Taka ada rasa jijik, tak ada permusuhan meski kadang terlihat anak-anak saling berebut makanan. Hanya keceriaan yang nampak di wajah mereka. Sungguh penulis sangat merindukan suasana itu yang kini makin jarang ditemui di desaku (Karangsari).
Tak hanya mereka yang lahap menyantap hidangan campuran ala kadarnya, yang berhajat pun sangat gembira melihat selamatannya habis tak tersisa. Bahkan tak jarang mewanti-wanti para penikmat among-among agar mengabiskan makanannya, atau dengan ancaman ayam peliharaannya akan mati jika among-among tak dihabiskan. Tak lupa, air rendaman daun tawa dicipratkan ke anak-anak usai menghabiskan selamatannya sembari mengucap doa sederhana dengan bahasa kita. Saking gembiranya, tak jarang sang punya hajat membagikan recehan usai among-among.
Bicara soal makna, selain sebagai bentuk ungkapan rasa syukur, menurut penulis banyak makna yang terkandung di dalamnya. Diantaranya:
1. Keimanan
Tak pernah lupa berdoa sebelum dan sesudah menyantap hidangan.
2. Kesederhanaan
Cukup dengan makanan dan lauk sederhana. Tak perlu catering, sewa restoran dan hotel mewah.
3. Kebersamaan
Setampah bersama cukup menggambarkannya
4. Kepedulian
Sebelum among-among dimulai, anak-anak saling menghampiri. Bahkan rela keliling kesana kemari mencari teman yang tak ia dapati. Jika tak bisa ikut menyantap among-among bersama, tak jarang mereka dibanduli sepincuk nasi.
5. Makna lain yang mungkin dapat pembaca interpretasikan sendiri.
Semoga tradisi yang penuh makna ini tak hilang ditelan jaman dan perkembangan teknologi.
Tradisiku Lestari, Negeriku Berseri!
Salam,
Penulis.
No comments